Review Komik Alcafus. Di era di mana manhwa fantasi romantis semakin mendominasi daftar baca global, “Alcafus” kembali menjadi sorotan berkat diskusi panas di komunitas online baru-baru ini. Manga Jepang karya Miwaya yang dirilis sejak 2018 ini, meski berakhir prematur di chapter 27 pada 2021, kini digali ulang oleh pembaca baru yang penasaran dengan cerita harem uniknya. Berlatar dunia paralel yang penuh makhluk kemonomimi—gadis-gadis setengah binatang dengan telinga dan ekor menggemaskan—”Alcafus” menawarkan campuran petualangan, romansa, dan elemen ecchi yang ringan. Dengan rating rata-rata 6.8 di MyAnimeList dari sekitar 500 ulasan, karya ini bukan masterpiece abadi, tapi cukup untuk membuat penggemar genre harem tersenyum nostalgik. Jika Anda suka “High School DxD” atau “Monster Musume”, ini bisa jadi pilihan santai untuk akhir pekan. Yuk, kita bahas lebih lanjut apa yang bikin cerita Tasuku ini tetap relevan di 2025. BERITA BOLA
Sinopsis Dari Komik Ini: Review Komik Alcafus
“Alcafus” mengikuti perjalanan Tasuku, seorang remaja biasa yang masa kecilnya berubah drastis saat bertemu gadis misterius bernama Lir. Saat itu, Tasuku yang masih kecil menemukan Lir ambruk di sebuah kuil tua, lemah dan kelaparan. Dengan polosnya, ia memberi permen bola yang ia bawa, dan Lir—yang ternyata makhluk kemonomimi dengan telinga kucing dan ekor panjang—langsung terikat padanya. Sepuluh tahun kemudian, Tasuku yang kini SMA mendengar suara Lir memanggilnya dari kuil yang sama. Tanpa diduga, ia terseret ke dunia paralel bernama Alcafus, sebuah alam di mana manusia dan kemonomimi hidup berdampingan di tengah konflik suku dan ancaman monster.
Di Alcafus, Tasuku terjebak sebagai “pemanggil” tak sengaja, yang berarti ia harus melindungi Lir dan sekumpulan gadis kemonomimi lain yang terikat padanya melalui ikatan magis. Ada Ruri si rubah licik yang ahli sihir ilusi, Miko si kelinci pemalu dengan kekuatan penyembuhan, dan Sera si serigala ganas yang setia tapi posesif. Cerita berkembang saat Tasuku beradaptasi dengan dunia baru ini, membangun harem tak terduga sambil menghadapi perang antar suku kemonomimi dan konspirasi dari bangsawan manusia yang iri. Pertarungan menggunakan artefak kuno dan kekuatan elemen membuat aksi terasa dinamis, sementara momen romansa muncul di sela-sela, seperti saat Tasuku belajar memahami budaya kemonomimi yang penuh insting primal. Hingga akhir di chapter 27, Tasuku berhasil menyatukan faksi-faksi untuk menghadapi ancaman utama, tapi banyak benang cerita terpotong mendadak karena serialisasi dihentikan.
Kenapa Komik Ini Seru Untuk Dibaca
Yang bikin “Alcafus” nagih adalah perpaduan sempurna antara fanservice harem dan plot fantasi yang tak terlalu berat. Bayangkan: Tasuku, cowok polos yang tiba-tiba dikelilingi gadis-gadis imut dengan telinga menggemaskan—setiap chapter penuh momen awkward lucu, seperti saat Lir secara insting “menandai” Tasuku dengan cakarnya, atau Ruri yang suka menggoda dengan ilusi sensual. Elemen ecchi-nya pas, tidak berlebihan tapi cukup untuk bikin pembaca tersenyum lebar, terutama di panel-panel detail karya Miwaya yang menonjolkan ekspresi wajah dan pose dinamis.
Selain itu, dunia Alcafus dibangun dengan imajinasi liar: suku kemonomimi masing-masing punya budaya unik, seperti festival panen rubah yang penuh tarian erotis atau ritual penyembuhan kelinci yang intim. Aksi pertarungannya seru, dengan Tasuku yang belajar memanggil senjata magis dari ikatan harem-nya, menciptakan combo serangan tim yang kreatif. Ritme cerita cepat, chapter pendek sekitar 20-25 halaman, cocok untuk binge-read dalam satu duduk. Di forum seperti Reddit, banyak yang bilang ini “guilty pleasure” karena meski pendek, endingnya memberikan closure emosional—Tasuku memilih Lir sebagai yang utama sambil menjaga harmoni harem. Bagi penggemar romansa fantasi, ini seperti liburan ringan yang penuh kejutan manis.
Sisi Positif dan Negatif dari Komik Ini
Positifnya, “Alcafus” unggul di artwork yang charming. Miwaya mahir menggambar kemonomimi dengan proporsi sempurna—telinga yang ekspresif, ekor yang bergerak hidup—membuat setiap panel terasa hidup dan mengundang. Karakter gadis-gadisnya beragam: Lir polos tapi penuh kasih, Ruri cerdas dan genit, Miko pemalu tapi kuat, memberikan dinamika harem yang seimbang tanpa terlalu klise. Tema ikatan emosional di balik fanservice menambah kedalaman, seperti bagaimana Tasuku belajar tanggung jawab atas “keluarga” barunya, membuat cerita lebih dari sekadar ecchi. Pacing awal kuat, dengan hook cepat ke dunia paralel, dan dialog ringan yang mudah diikuti.
Namun, negatifnya tak bisa diabaikan, terutama karena serial diaxeed di chapter 27, meninggalkan banyak subplot menggantung—like misteri asal-usul Alcafus atau potensi konflik dengan dunia Tasuku. Ini bikin cerita terasa rushed di akhir, dengan resolusi yang terlalu sederhana untuk ancaman besar. Beberapa pembaca merasa trope harem standar—protagonis lemah dikelilingi waifu—kurang inovatif, dan elemen ecchi kadang terasa gratisan tanpa mendukung plot. Di MyAnimeList, ulasan sering sebut pacing tidak konsisten: bab tengah lambat karena fokus romansa, sementara aksi terbatas hanya di klimaks. Terjemahan fansub juga bermasalah di chapter akhir, dengan istilah kemonomimi yang inkonsisten. Secara keseluruhan, kekurangan ini lebih karena faktor eksternal seperti pembatalan, tapi tetap menyisakan rasa penasaran yang tak terpuaskan.
Kesimpulan: Review Komik Alcafus
“Alcafus” adalah permata kecil di genre harem fantasi yang patut dicoba, meski tak sempurna karena nasib sialnya diaxeed. Dengan sinopsis manis tentang ikatan masa kecil yang membawa Tasuku ke petualangan penuh kemonomimi, cerita ini menawarkan hiburan santai yang segar. Kekuatannya di visual menggemaskan dan dinamika karakter membuatnya seru, walau pacing dan ending prematur jadi batu sandungan. Di 2025 ini, saat diskusi Reddit kembali ramai soal adaptasi potensial, inilah momen tepat untuk menyelami dunia Alcafus—siapa tahu, Miwaya suatu hari lanjutkan sekuel. Ambil kopi, buka app baca, dan biarkan Lir dan kawan-kawan mencuri hati Anda. Siapkah untuk harem berbulu?