Review Komik Kagurabachi. Pada 6 Oktober 2025, “Kagurabachi” karya Takeru Hokazono dapat spotlight besar di The New York Times melalui iklan penuh halaman yang rayakan pencapaiannya sebagai salah satu manga baru paling nge-hits di Weekly Shonen Jump. Baru seminggu lalu, chapter 96 rilis dengan review campur aduk di kalangan fans, sementara Burger King Japan kolab rilis hamburger “flame-smoked” bertema seri ini—lengkap dengan kemasan pedang enchanted yang bikin penggemar heboh. Serial yang mulai September 2023 ini, adaptasi dari one-shot yang viral, terus jadi pembicara utama di forum manga, terutama pasca-penjualan volume 1 capai 1 juta copy dalam hitungan bulan. Di tengah kontroversi schedule Jump yang bikin Hokazono keliatan capek—chapter terbaru bahkan unfinished—manga ini tetap jadi harapan baru Shonen Jump pasca-My Hero Academia. Bukan cuma action pedang brutal, “Kagurabachi” gali tema balas dendam yang dalam, bikin ia beda dari isekai biasa. Di usia dua tahun, apa yang bikin seri ini tetap panas? Kita review ulang, dari plot hingga pesonanya yang bikin mata tak berkedip. BERITA BOLA
Ringkasan dari Komik Ini: Review Komik Kagurabachi
“Kagurabachi” ikuti Chihiro Rokuhira, pemuda 17 tahun yang balas dendam atas pembunuhan ayahnya, Kunishige—pandai besi legendaris yang ciptakan enam Enchanted Blade, pedang supernatural dengan kekuatan unik. Cerita buka tragis: sekelompok yakuza modern, Hishaku, rampok blade dan bunuh ayah Chihiro, tinggalkan ia dengan satu blade tersisa, Enten—pedang yang bisa potong apa saja tapi haus darah. Chihiro, yang latihan sejak kecil, mulai perburuan sendirian, tapi cepat temui sekutu seperti Char (gadis misterius dengan blade sendiri) dan Shiba (mantan rekan ayahnya yang ahli strategi).
Serial ini campur shonen action dengan elemen noir: pertarungan pedang epik di gedung pencakar langit Tokyo futuristik, di mana blade seperti Enten punya “ban” atau roh yang beri kekuatan spesial—misalnya, sorot cahaya mematikan atau manipulasi ruang. Konflik utama bangun lewat arc Kamunabi, organisasi ksatria blade yang lindungi artefak, di mana Chihiro hadapi dilema: balas dendam pribadi versus tanggung jawab lebih besar lawan Hishaku yang korupsi blade untuk kejahatan. Chapter 96 terbaru lanjut arc ini dengan cliffhanger brutal: Chihiro hadapi boss Hishaku yang pakai blade curian, ungkap rahasia ayahnya yang gelap. Dengan 96 chapter kumulatif, cerita per chapter sekitar 20 halaman, fokus progression Chihiro dari pemula marah jadi samurai modern yang bijak, tapi tak lupa flashback emosional yang bikin pembaca nyesek.
Alasan Komik Ini Sangat Populer: Review Komik Kagurabachi
“Kagurabachi” meledak berkat one-shot pilot 2023 yang viral di Jump, langsung dapat rating 4.5 di app resmi dan dorong adaptasi serial penuh. Penjualan volume naik tajam—volume 5 Agustus 2025 capai 500 ribu copy di minggu pertama—bikin ia disebut “pengganti Naruto” yang lebih baik dari Boruto, dengan sales jauh unggul dan hype global via Crunchyroll. Di 2025, seri ini masuk guide manga Oktober sebagai “must-read”, terutama pasca-anime season 1 yang tayang 2024 dan konfirmasi season 2 tahun depan. Popularitasnya naik karena mirip “Jujutsu Kaisen” soal cursed energy, tapi lebih fokus revenge thriller seperti “Vinland Saga”, tarik fans yang suka art pedang detail Hokazono—panel splash epik yang bikin halaman terasa hidup.
Di media sosial, chapter mingguan Jump selalu tren, dengan review Instagram sebut chapter 96 “great tapi unfinished” karena schedule ketat. Kolab BKJ baru-baru ini tambah buzz, sementara feature NYT 6 Oktober rayakan ia sebagai “fresh blood” Jump. Secara budaya, ia resonan di Gen Z yang suka tema mental health lewat trauma Chihiro—bukan cuma hack-and-slash, tapi renungan soal warisan dan kehilangan. Dengan 7.5 rating di MyAnimeList dan diskusi Reddit penuh teori blade, seri ini staple di daftar “best new gen shonen”, bukti kenapa Hokazono disebut talenta masa depan Jump.
Sisi Positif dan Negatif Komik Ini
Positif “Kagurabachi” ada di seni dan action: ilustrasi Hokazono presisi, terutama desain blade yang unik—Enten dengan pola api hitam terasa ikonik, sementara choreografi pertarungan campur speed line dan efek supernatural bikin halaman terasa dinamis. Karakter Chihiro berkembang solid: dari impulsif marah jadi strategis, didukung sidekick seperti Shiba yang witty tanpa curi spotlight. Plot twist arc Kamunabi cerdas, gali lore blade tanpa info-dump, dengan pacing mingguan yang cliffhanger adiktif. Di chapter 96, kolaborasi Kamunabi lawan Hishaku beri high-stakes team-up yang satisfying. Banyak fans kasih 9/10 karena “dark shonen enjoyable” yang motivasi beli volume fisik, plus potensi anime season 2 yang bisa jadi blockbuster.
Negatifnya, schedule Jump yang brutal keliatan di kualitas: chapter 96 unfinished, dengan panel terpotong dan dialog tergesa, bikin fans khawatir burnout Hokazono seperti kasus lain mangaka muda. Cerita awal kuat revenge, tapi belakangan overload subplot blade collector yang bikin timeline bingung—seperti arc Hishaku yang terlalu panjang. Karakter sampingan seperti Char kadang underdevelop, trope “mysterious girl” tanpa kedalaman, dan gore berat bisa overwhelming bagi pembaca kasual. Di review, ada yang kasih 6/10 untuk “pacing goyah” pasca-volume 3, sementara kontroversi overwork Jump tambah kritik eksternal. Meski begitu, kekurangan ini tak samar kekuatan utamanya—ia tetap lebih kuat sebagai binge read daripada analisis sempurna.
Kesimpulan
“Kagurabachi” di Oktober 2025 tetap jadi pedang tajam Shonen Jump, dari ringkasan balas dendam Chihiro hingga popularitas berkat sales gila dan kolab viral, dengan positif seni epik kalahkan negatif schedule melelahkan. Bukan cuma shonen biasa, ia renungan soal blade warisan yang bikin pembaca mikir dua kali soal dendam. Saat chapter 96 rilis dan NYT feature hari ini, seri ini bukti: satu tebasan bisa ubah genre. Kalau belum mulai, ambil volume 1 sekarang—atau re-read untuk rasain lagi dentingan Enten itu. Siap tarik pedang Anda?